[Bedah] Sesaat di Keabadian

Judul: Sesaat di Keabadian (lanjutan Hai, Luka)
Penulis: Mezty Mez
Editor: Ayuning dan Bayu Novri Lianto
Penyelaras aksara: Emka
Penata letak: Blu Athea dan Maspri
Penyelaras tata letak: Gita Ramayudha
Desainer sampul: Maspri
Penyelaras desain sampul: Gita Ramayudha
Tebal: 129 halaman
Terbit: 2015
Penerbit: Entermedia


Blurb

Novel kedua Mezty Mez ini merupakan kelanjutan dari novel Hai Luka, di mana kisah cinta antara Rena, Dante, dan Alex masuk ke dalam babak baru hidup mereka.

Ini tentang seseorang yang istimewa di hatiku; seseorang yang tak bisa aku lupakan meski telah lama pergi. Ini juga tentang seseorang yang mampu membahagiakanku; seseorang yang tak bisa aku tinggalkan di babak kehidupan selanjutnya. Mungkin ceritaku ini sedikit berlebihan, tapi aku jujur menuliskannya. Bukankah tak ada yang lebih indah dari saling mencintai? Aku bisa jadi salah seorang perempuan yang beruntung di bumi ini, mungkin saja. Tapi tanpa mereka? Entahlah bagaimana aku jadinya. Apakah kamu tahu takdir tentang cinta yang paling menyakitkan itu apa? Jawabannya adalah kamu tidak ingin orang-orang yang mencintaimu patah hati lalu terluka. Kamu tak perlu setuju dengan jawabanku, karena cinta punya bahasanya sendiri. Percayalah, apa yang aku alami jauh lebih buruk dari sekadar patah hati. Sampai di sini, maukah kamu mendengar ceritaku selanjutnya?

-----

Maaf sebelumnya, karena saya tidak bisa mereview novel ini. Tapi saya akan membedahnya. Jika rasanya postingan ini tidak perlu, penerbit dan penulis dibolehkan meminta saya untuk menghapusnya.

Pertama, saat buku ini sampai di saya, suka sekali dengan covernya yang licin dan tebal. Saya juga suka dengan quotes/lagu yang ada di awal bab dan juga dengan ilustrator bunga-bunga yang cantik. Meski begitu, untuk segi isi, ini jauh dari ekspetasi saya.

Saya suka dengan pemilihan judulnya, tapi karena itulah jadi jauh dari yang saya bayangkan. Saya mengira akan banyak bagian Dante-nya, tapi ternyata tidak begitu. 

Lalu, banyak sekali yang masih perlu diedit di buku ini, karena tugas editor itu bukan hanya membasmi typo, tapi juga memerhatikan struktur kalimat, pemborosan kalimat, eyd dan berdiskusi dengan penulis untuk mengedit bagian alur. (maaf saya sotoy--')

Mari langsung saja ke topik.

Rena berjalan sambil menjinjing sepatunya. Membiarkan kakinya terkena butiran-butiran pasir yang halus. Tatapannya tak pernah lepas dari pantai. Tempat ini selalu indah, pikirnya. Bahkan setelah beberapa tahun berlalu. -- hlm 2

Terlalu banyak penggunaan imbuhan -nya dalam satu kalimat. Pemborosan.

Kalimat di atas bisa saja ditulis begini:

Rena berjalan sambil menjinjing sepatu, membiarkan kakinya mengenai butiran-butiran pasir yang halus. Tatapannya tak pernah lepas dari pantai (atau laut?) Tempat ini selalu indah. Bahkan setelah beberapa tahun berlalu.

Satu kalimat ini berisi satu tokoh, yaitu Rena. Jadi tentu kita semua tahu siapa yang menjinjing sepatu dan dari kata 'sepatunya' dan 'kakinya', salah satu kata tersebut harus dihilangkan imbuhan -nya. Karena biasanya imbuhan itu adalah imbuhan yang menunjukkan kepemilikan.

Lalu alasan saya mengganti terkena dengan mengenai adalah:
1. Ada kata membiarkan di sana. Membiarkan = sengaja
2. Terkena = sengaja mengenai.
Pemborosan lagi berarti.

Lalu tulisan yang dimiringkan biasanya adalah kata-kata yang dipikirkan tokoh, jadi tidak perlu lagi menulis kata 'pikirnya'.

Segitu saja untuk masalah imbuhan.

Namun, meski mereka saling mencintai, tak lantas mereka dapat bersanding di pelaminan. Dante harus pergi ke Jepang, menuntaskan pendidikannya demi janji kepada Ayahnya dulu. -- hlm 2

Kalimat di atas bisa ditulis seperti ini:

Meski mereka saling mencintai, tak lantas mereka dapat bersanding di pelaminan. Dante harus pergi ke Jepang, menuntaskan pendidikan demi janji kepada ayahnya dulu.

Karena kata 'namun' dan 'tak lantas' memiliki arti yang sama, yaitu, sesuatu yang berlawanan dengan fakta. Jadi salah satunya harus dihilangkan.
Lalu Ayahnya berganti ayahnya karena itu bukan kata sapaan. Kata ayah di situ berarti kata yang menunjukkan kekerabatan, mirip seperti ibuku, adikku, nenekku, saudaraku.
Kecuali jika si Dante sedang memanggil ayahnya. Contoh kalimatnya. "Aku mau pergi ke kantor dulu, Ayah." Maka huruf 'A' pada kata 'Ayah' haruslah kapital. Karena itu adalah kata sapaan.

Kemudian di tulisan ini saya melihat tertulis penunjuk waktu. Bagian ini sangat salah sebenarnya. 16:45 pm, pada halaman 3. Harusnya kan ditulis 4:45 pm, karena am dan pm itu dapat jatah masing-masing cuma 12 jam, jadi kalo sampe 16 sih ya namanya si pm korupsi (pukpukin am).

"Nanti, abis bantuin ibu kamu masak," Rena tersenyum memandangnya. -- hlm 17  

Coba lihat kalimat yang itu, semua pasti mengira kata-kata itu diucapkan oleh Rena, padahal kenyataan kalimat itu diucapkan oleh Alex. Penggunaan dialog tag pada kalimatnya salah. Harusnya pake titik dan si Rena itu dienter.
Dialog tag adalah tanda baca yang menghubungan dialog tokoh dengan kegiatan tokoh saat itu. Tanda baca di dialog tag sih setahu saya cuma titik atau koma.

Jadi harusnya ditulis:

"Nanti, abis bantuin ibu kamu masak."
Rena tersenyum memandang Alex.... 

Untuk masalah alur, sebaiknya alurnya dibuat sedikit rumit lagi. Karena akhir-akhir ini pembaca lebih cerdas daripada penulis, kritiknya pedas sekali sampe bikin merinding (maaf saya curcol wwkwk).

Oke sekian. Semoga postingan ini bisa membantu untuk lebih baik.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Jujur ya, aku sangat sependapat denganmu. Awalnya saat mengetahui novel ini terbit, ekspektasiku sangatlah tinggi dan berharap lebih. Mengingat, di novel sebelumnya (Hai Luka) ceritanya sangatlah dikemas dengan baik, tertata, dan berkonsep. Baik dari alur, penokohan, maupun konflik ceritanya.
    Selain itu, melihat beberapa testimoni dari banyak pembaca, mereka memberi respon yang sangat positif terhadap novel hai luka.
    Jujur ya, aku aja menganggap Hai Luka sebagai salah satu novel best yang aku punya. Tapi entah kenapa kesan seperti itu nggak lagi aku temukan di novel ini. Sangat berbanding terbalik menurutku.
    Kamu benar, banyak yang masih perlu direvisi dari novel ini. Baik dari konflik cerita, penulisan, maupun alurnya. Cukup disayangkan, novel ini sebenarnya memiliki cerita yang bagus pabila penulis bisa lebih mengembangkannya lagi.
    Oh iya, aku rasa kamu perlu baca novel Hai Luka. Percaya, pasti ekspektasi kamu akan lebih terbayarkan dg membaca novel itu. Bagus pokoknya!
    Oh iya, kamu nggak usah ragu buat nyampein segala kritik saran suatu buku sama penulis/penerbitnya. Lagipula kan kamu memberi kritik seperti juga dengan tujuan baik.
    Semakin banyak kritik atau saran yg kamu sampaikan, semakin besar pula kesempatan bagi penulis untuk memperbaiki kekurangannya dan menjadi lebih baik.
    Thanks:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga penasaran sama Hai, Luka. Tahun lalu pernah liat, mungkin kapan" mau baca bukunya juga
      Btw makasih komennya^^

      Hapus