[Review] Tahun Terakhir Dena

Judul: Tahun Terakhir Dena
Penulis: Purba Sitorus
Penyunting: Muhajjah Saratini
Penyelaras Akhir: RaIN
Tata Sampul: Amalina Asrari
Tata Isi: Violetta
Pracetak: Wardi
Tebal: 204 halaman
Terbit: Februari 2018
Penerbit: Laksana
ISBN: 978-602-4073-13-8
Keterangan: Novel Remaja


B L U R B


Tahun depan. 
Tahun depan mimpi Dena harus terwujud. Ini tahun terakhirnya jadi siswa di SMU Harapan. Dena ingin beasiswa ke luar negeri, meninggalkan neraka ini.

Waktu gurunya bilang nilai sempurna saja tidak cukup, Dena kebat-kebit. Demi rekomendasi dari gurunya, dia rela melakukan apa saja. Termasuk mengajari Adit agar nilai matematikanya membaik.

Adit! Cowok bandel, tajir, dan suka bikin repot. Tapi ternyata kok seru juga bergaul dengan mereka. Dunia Dena jungkir balik. Untuk pertama kalinya, Dena tidak yakin dengan pilihan hidupnya. 

Begitulah tahun terakhir Dena berlangsung. Tahun terakhir yang membuatnya memandang masa SMA dari sisi yang berbeda.

Sekali ini saja, aku tidak ingin jadi Dena yang biasanya.

R E V I E W

Tahun Terakhir Dena menceritakan tentang kehidupan Dena di masa-masa terakhirnya di SMU Harapan. SMU Harapan adalah sekolah anomali--yang membuat siswa-siswi peraih beasiswa malah menduduki kasta terendah di sekolah. Mereka yang mendapat beasiswa harus rela diperintah apa pun oleh anak-anak bandel. Itu dikarenakan sekolah itu dibiayai oleh para orangtua siswa bandel, sehingga siswa bandel lebih dihormati di sekolah itu.

Dena, siswi beasiswa, yang bercita-cita mendapatkan beasiswa di luar negeri harus dipanggil ke ruang Pak Broto. Ternyata dipanggilnya Dena tersebut adalah karena syarat untuk dilirik menjadi beasiswa sekolah lanjutan pada rapor Dena kurang. Nilai ekstrakurikuler kosong, alias cewek itu memang tidak berminat mengikuti eskul. 

Sebagai gantinya Pak Broto menyarankan pada Dena untuk mengerjakan proyek pengganti ekstrakurikuler, yaitu mengajari siswa bandel. Yang artinya adalah Dena harus repot-repot mengerjakan dua pekerjaan sekaligus, fokus di pelajarannya dan menjalankan program tentir. Akankah Dena berhasil menjalankan program itu? Terutama ketika yang ia ajari adalah Adit-- si cowok bandel yang sering jadi pusat perhatian?

-----
Dunia tidak adil dan tidak akan pernah adil. Selamanya begitu. Semakin cepat menerima fakta itu, semakin realistis pandangan ke depan. – hlm 7
Di halaman pertama diperlihatkan betapa tragisnya nasib anak-anak beasiswa--dengan gaya tulisan yang remaja abis. Menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu sudut pandang Dena, si anak beasiswa yang selalu menaati aturan, termasuk aturan kasta. Dena dan Farah yang sekelas sekaligus sama-sama menjadi peraih beasiswa menjadi teman dekat. 

Kedua orang itu tidak terpisahkan, hingga ketika tugas dari Pak Broto datang dan membuat hubungan mereka renggang. Dena yang kemudian terbawa masuk ke kelompok anak bandel nan kaya raya karena harus mengajari Adit, kemudian menyadari kalau ia ternyata menyukai teman-teman barunya! 

Saya suka karakter di novel ini. Benar-benar hidup dan fresh. Dena yang ternyata 'cukup berduit', tapi lebih memilih menjadi siswa beasiswa, Adit yang sengaja membuat nilai rapornya jelek karena ingin mencari orang-orang yang tulus padanya, dan Aurel yang gaya hidupnya boros tapi baik hati. 

Walaupun sempat bertanya-tanya 'kenapa' saat di pertengahan novel, tapi jawaban memuaskan saya dapatkan di akhir cerita Dena ini. Penulis seperti ingin menyampaikan kalau perbedaan itu indah. Dan saya benar-benar merasakan bagaimana buku ini ditutup dengan baik.

Secara umum novel ini cocok dibaca oleh remaja dan semua umur.
Tapi banyak yang lupa, bebas memilih bukan berarti lepas dari konsekuensi. Semua pilihan pasti ada timbal baliknya. – hlm 186

Posting Komentar

0 Komentar