Judul: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Penulis: Tere Liye Terbit: Maret 2010 Penerbit: Gramedia Tebal: 264 halaman ISBN: 9789792257809 Keterangan: Novel Sastra Indonesia

Judul: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis: Tere Liye
Terbit: Maret 2010
Penerbit: Gramedia
Tebal: 264 halaman
ISBN: 978-979-2257-80-9
Keterangan: Novel Sastra (Indonesia)



"Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun...
daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut dari tangkai pohonnya...."

Blurb

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. 

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.

-----

Suatu hari, Tania, seorang gadis remaja berdiri di lantai dua sebuah toko buku. Berdiri sembari melihat pemandangan di luar gedung itu sekaligus mengenang semuanya dan bertekad semua cerita harus usai malam ini juga.


Dingin seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku,


Membekukan seluruh perasaan.
Mengkristalkan semua keinginan.
Malam ini, semua cerita harus usai.


Selama beberapa jam kunjungannya di toko buku, Tania menceritakan semua pengalamannya. Pengalaman yang diawali dengan cerita menyedihkan, lalu ketika seorang malaikat hadir di hidup Tania, hidup itu terasa indah dan menjanjikan masa depan yang cerah.

Tania dan adiknya yang dipanggil Dede kehilangan ayahnya saat Tania berumur delapan dan Dede berumur tiga tahun. Saat itu mereka tidak terlalu mengerti apapun, yang Tania tahu ia harus berhenti sekolah dan tinggal di rumah kardus. Kemudian, Ibu, Tania dan Dede menjalani hidup yang sulit. Tania dan Dede harus menjalani hari dengan mengamen setiap hari di bus, angkot dan metromini karena sang ibu terlalu lemah fisiknya untuk bekerja.

Hingga suatu ketika, kaki Tania tertusuk paku payung saat mengamen, dan saat itulah Tania bertemu dengan dia. Dia yang sudah membuat hidup mereka menjadi lebih baik, menjadi lebih sempurna dan menjadi lebih indah. Dia yang ternyata membuat Tania merasakan perasaan itu.
Tania sebelas tahun. Dede enam tahun. Dan dia dua puluh lima tahun.

Perasaan yang entah apa namanya itu tumbuh seiring pertambahan usia Tania. Gadis itu pun pernah merasakan cemburu akibat melihat dia bersama kak Ratna.
Tapi, setelah bertahun-tahun semua kepingan cerita Tania lengkap, semuanya tak diduganya.
Tentang pohon linden itu...
Tentang liontin itu...



Sebenarnya konflik di novel ini cukup simpel. Tapi entah bagaimana caranya Tere Liye berhasil membuatnya tampak baik dengan bahasa sastra khasnya. Nilai moral di dalamnya pun khas Tere Liye, karena biasanya tokoh utama dalam novel Tere Liye itu adalah seorang gadis, wanita dan atau anak perempuan. Yang secara khusus dimaksudkan agar para perempuan dimanapun itu tidak terlalu 'mengebu-ebu'.

Covernya yang dominan coklat-hijau itu cocok dengan judul novel ini. Saya sendiri suka membaca blurbnya dan awalnya mengira-ngira tentang si dia dan ternyata salah total. Dia yang diceritakan Tania tidak sesempurna yang kita bayangkan, malah ada beberapa hal yang membuat saya cukup kesal dengan dekripsi Tania tentang tokoh yang satu ini. Tania seperti terlalu melebih-lebihkannya, atau begitulah menurut saya.

Tokoh yang saya suka di sini adalah Dede. Sosok bocah laki-laki yang hobi berceloteh tak jelas ternyata mengetahui banyak hal. Dede juga mengerti apa yang dirasakan sang kakak, dan ia juga tahu bagaimana cara bertindak (padahal Dede adalah yang termuda di sini).

Yap, secara umum novel ini bebas typo tapi ada beberapa hal yang sepertinya kurang tepat. Salah satunya yang paling jelas adalah yang ini: "Terlambat bagaimana!" Dia berseru mengeras. Dokter itu menggelengkan kepalanya. Terdengar suara berdebam. Dia entah sudah memukul apa; mungkin dinding ruangan.

Dibuat dengan sudut pandang orang pertama, namun bagaimana mungkin Tania yang berada di lorong rumah sakit bisa melihat dokter menggelengkan kepala sementara dokter itu ada di dalam ruangan?

Secara keseluruhan novel ini bagus, sangat bagus malah bagi yang menyukai novel romance yang berbeda. Konflik yang unik dan antimaistream. Walaupun begitu, alur bolak baliknya terkadang membuat saya sedikit bingung untuk mengikutinya. Namun walaupun begitu, saya suka bahasa di dalam novel ini sangat rapi dan tersusun, bahasa sastra namun mudah dicerna.

"Dia memang amat sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang sempurna."


(rating: 3 dari 5 bintang)