Judul: Sayap-Sayap Kecil
Penulis: Andry Setiawan
Terbit: Oktober 2015
Penerbit: Inari
Tebal: 124 halaman
ISBN: 978-602-71505-2-2
Keterangan: Novel Remaja (Indonesia), Fantasy
Para Pembaca,
Berikut fakta singkat tentang diriku:
1. Namaku Lana Wijaya
2. Ibuku suka memukul dan menyiksaku bahkan dengan kesalahan sekecil apa pun. Seperti ketika aku lupa membeli obat nyamuk.
3. Aku punya tetangga baru, cowok cakep yang tinggal di sebelah rumah.
4. Kehadiran cowok cakep tidak mengubah kenyataan bahwa aku sering pergi ke sekolah dengan bekas memar di sekujur tubuhku.
5. Doakan aku supaya bisa lulus SMA secepat mungkin dan pergi dari rumah sialan ini.
Buku ini adalah buku harianku. Aku tidak akan merahasiakannya dan membiarkan kalian untuk membaca kisah hidupku yang tidak terlalu sederhana ini. Mungkin sedikit aneh, tapi aku harap kalian bisa belajar dari aku.
Bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Lana Wijaya yang hidup bersama ibunya. Lana menjalani hari-harinya dengan berat karena emosi ibunya yang tidak stabil. Lana sering dipukul namun ia memilih menyembunyikan perbuatan ibu dari orang-orang, termasuk guru dan temannya.
Suatu hari, Lana sedang duduk di atap gedung sekolah dan tanpa terduga ada cowok iseng yang menaiki atap dan menyapanya. Cowok itu adalah Surya, tetangga baru lana. Cowok berlesung pipi yang manis.
Lana bisa menceritakan apa saja pada Surya dan ia terlihat sangat menikmati waktunya bersama Surya. Namun beberapa hari kemudian rumah Lana didatangi KPAI. Hingga hal-hal tak terduga lainnya terjadi. Tapi apakah ibu Lana menyesali perbuatannya? Lalu siapa Surya sebenarnya?
Buku pertama dari Penerbit Inari. Sangat tipis, dan sepertinya lebih cocok disebut novelet. Cerita di dalamnya dikemas dengan format diary dan sudut pandang orang pertama.
Dilihat dari blurb, novel ini sangat simpel. Tentang kehidupan sehari-hari seorang gadis berusia 16 tahun. Tapi yang membuatnya berbeda adalah karena gadis itu begitu polos (mungkin lebih cocok disebut lurus, karena tidak ingin menyakiti siapapun). Dan gadis itu sebenarnya tidak ingin sebatang kara, ia membiarkan dirinya membuat banyak alasan untuk tinggal di rumah. Namun di sisi lain, ia juga benci rumah dan ingin segera tamat SMA agar bisa pergi dari rumah.
Di dalamnya terdapat berita yang sedang gempar-gemparnya di media. Tentang kekerasan yang terjadi pada anak, entah itu sadar ataupun tidak sadar, entah itu melalui ucapan atau melalui kekerasan fisik.
Lalu penulis juga menambahkan informasi tentang KPAI:
Dan sebenarnya banyak saran dan nasehat di dalam novel ini. Seperti tentang bagaimana seorang anak seharusnya diperlakukan. Bagaimana perasaan anak jika orangtua seenaknya. Bagaimana seorang anak sengaja berbuat banyak alasan agar ia tetap tinggal. Bagaimana seorang anak menatap pesimis dunia hanya karena perbuatan orangtuanya. Juga bagaimana anak tetap berusaha menjalankan kewajibannya meskipun tidak sebanding dengan yang mereka dapatkan. Dan bukankah setiap individu layak mendapat haknya(walaupun dia hanya seorang anak)?
Saya suka dengan ending cerita ini. Tidak tertebak, namun secara tidak langsung penulis menyampaikan harapan-harapannya tentang rendahnya perlindungan terhadap anak dan seharusnya ada orang-orang yang tidak hanya sekadar melihat tindakan tersebut. Penulis juga menyampaikan bahwa anak tidak seharusnya menderita tanpa alasan, bahwa sebenarnya mereka bisa memilih untuk tidak menderita.
Penulis: Andry Setiawan
Terbit: Oktober 2015
Penerbit: Inari
Tebal: 124 halaman
ISBN: 978-602-71505-2-2
Keterangan: Novel Remaja (Indonesia), Fantasy
Apa aku masih anaknya?
Blurb
Para Pembaca,
Berikut fakta singkat tentang diriku:
1. Namaku Lana Wijaya
2. Ibuku suka memukul dan menyiksaku bahkan dengan kesalahan sekecil apa pun. Seperti ketika aku lupa membeli obat nyamuk.
3. Aku punya tetangga baru, cowok cakep yang tinggal di sebelah rumah.
4. Kehadiran cowok cakep tidak mengubah kenyataan bahwa aku sering pergi ke sekolah dengan bekas memar di sekujur tubuhku.
5. Doakan aku supaya bisa lulus SMA secepat mungkin dan pergi dari rumah sialan ini.
Buku ini adalah buku harianku. Aku tidak akan merahasiakannya dan membiarkan kalian untuk membaca kisah hidupku yang tidak terlalu sederhana ini. Mungkin sedikit aneh, tapi aku harap kalian bisa belajar dari aku.
-----
Bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Lana Wijaya yang hidup bersama ibunya. Lana menjalani hari-harinya dengan berat karena emosi ibunya yang tidak stabil. Lana sering dipukul namun ia memilih menyembunyikan perbuatan ibu dari orang-orang, termasuk guru dan temannya.
Suatu saat, iya suatu saat nanti, aku akan bekerja sendiri, hidup dengan uangku sendiri dan jauh dari Ibu. Sangat jauh, saking jauhnya sampai wanita itu tidak akan bisa menemukan diriku, bahkan mengendus keberadaanku pun tidak. -- halaman 9-10
Suatu hari, Lana sedang duduk di atap gedung sekolah dan tanpa terduga ada cowok iseng yang menaiki atap dan menyapanya. Cowok itu adalah Surya, tetangga baru lana. Cowok berlesung pipi yang manis.
Lana bisa menceritakan apa saja pada Surya dan ia terlihat sangat menikmati waktunya bersama Surya. Namun beberapa hari kemudian rumah Lana didatangi KPAI. Hingga hal-hal tak terduga lainnya terjadi. Tapi apakah ibu Lana menyesali perbuatannya? Lalu siapa Surya sebenarnya?
Mungkin Surya benar, setiap orang butuh pelajaran dan kali ini akulah yang menyediakan pelajaran itu. -- halaman 118
Buku pertama dari Penerbit Inari. Sangat tipis, dan sepertinya lebih cocok disebut novelet. Cerita di dalamnya dikemas dengan format diary dan sudut pandang orang pertama.
Dilihat dari blurb, novel ini sangat simpel. Tentang kehidupan sehari-hari seorang gadis berusia 16 tahun. Tapi yang membuatnya berbeda adalah karena gadis itu begitu polos (mungkin lebih cocok disebut lurus, karena tidak ingin menyakiti siapapun). Dan gadis itu sebenarnya tidak ingin sebatang kara, ia membiarkan dirinya membuat banyak alasan untuk tinggal di rumah. Namun di sisi lain, ia juga benci rumah dan ingin segera tamat SMA agar bisa pergi dari rumah.
Di dalamnya terdapat berita yang sedang gempar-gemparnya di media. Tentang kekerasan yang terjadi pada anak, entah itu sadar ataupun tidak sadar, entah itu melalui ucapan atau melalui kekerasan fisik.
Lalu penulis juga menambahkan informasi tentang KPAI:
021-319 015 56
info@kpai.go.id
humas@kpai.go.id
pengaduan@kpai.go.id
Dan sebenarnya banyak saran dan nasehat di dalam novel ini. Seperti tentang bagaimana seorang anak seharusnya diperlakukan. Bagaimana perasaan anak jika orangtua seenaknya. Bagaimana seorang anak sengaja berbuat banyak alasan agar ia tetap tinggal. Bagaimana seorang anak menatap pesimis dunia hanya karena perbuatan orangtuanya. Juga bagaimana anak tetap berusaha menjalankan kewajibannya meskipun tidak sebanding dengan yang mereka dapatkan. Dan bukankah setiap individu layak mendapat haknya(walaupun dia hanya seorang anak)?
Saya suka dengan ending cerita ini. Tidak tertebak, namun secara tidak langsung penulis menyampaikan harapan-harapannya tentang rendahnya perlindungan terhadap anak dan seharusnya ada orang-orang yang tidak hanya sekadar melihat tindakan tersebut. Penulis juga menyampaikan bahwa anak tidak seharusnya menderita tanpa alasan, bahwa sebenarnya mereka bisa memilih untuk tidak menderita.
Tapi sekarang, aku tahu aku tidak menyesal. Aku memilih jalanku sendiri. -- halaman 121
(rating: 4 dari 5 bintang)
0 Komentar