Judul: Evermore
Penulis: Alyson NoelTerbit: November 2010
Penerbit: Mizan Fantasi
ISBN: 978-979-433-599-4
Keterangan: Novel Paranormal Romance Terjemahan
Blurb
"Apa kau mencintaiku?" tanyanya.
Aku mengalihkan tatapan. Aku sadar aku mencintainya, dengan setiap helai rambut, sel kulit, bahkan tetes darahku. Aku dipenuhi dengan rasa cinta yang begitu melimpah, namun tak mampu mengucapkannya. Tapi toh jika dia sungguh-sungguh punya kemampuan khusus membaca pikiran, maka aku tak perlu lagi mengatakannya. Seharusnya dia bisa langsung tahu.
"Selalu lebih menyenangkan saat diucapkan," ujarnya.
Setelah kecelakaan mengerikan merebut nyawa keluarganya, Ever Bloom yang berusia enam belas tahun dapat mendengar pikiran orang lain, melihat aura mereka, dan mengetahui seluruh kisah hidup seseorang hanya dengan menyentuhnya. Ever berusaha sebisa mungkin untuk menghindari kontak dengan manusia dan menekan kemampuannya. Namun, segalanya berubah saat dia bertemu Damen Auguste.
Pria itu tampan, eksotis, dan kaya, dan merupakan satu-satunya orang yang dapat membungkam kebisingan dan energi acak di kepala Ever. Seolah Damen dapat mengintip menembus jiwanya. Ever yang selama ini tersesat semakin jauh ke dalam dunia penuh rahasia dan misteri mendapatkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Ever yang sama sekali tak tahu telah menjadi siapa dirinya sekarang--atau apa sosoknya sebenarnya, mulai menyadari dirinya tertarik bagai magnet ke dalam cinta Damen.
-----
Blurb di cover belakang novel ini menjelaskan nyaris ke titik fokus cerita. Saya berkata nyaris karena memang itulah masalah sebenarnya. Tentang Ever yang mendapatkan kekuatan psikis dan tidak tahu bagaimana mengendalikannya. Aura-aura dari orang-orang di sekitarnya membuat Ever pusing dan membuatnya lemah. Dan karena begitu ia memutuskan untuk menjauh dari keramaian.
Juga tentang keluarga Ever. Ever merasa sangat bersalah atas kematian mereka. Merasa dirinya yang bertanggung jawab atas semua itu. Ya walaupun itu tidak sepenuhnya salah Ever.
Hal menarik dari novel ini adalah adanya daftar warna aura, yang walaupun sebenarnya saya tidak tahu apa arti dari warna-warna ini benar atau tidak.
Merah: Energi, kekuatan, kemarahan, seksualitas, gairah, ketakutan, ego
Jingga: Pengendalian diri, ambisi, keberanian, penuh pertimbangan, kekurangan tekad, apatis
Kuning: Optimis, senang, cerdik, ramah, ragu, mudah diarahkan
Hijau: Damai, kesembuhan, simpati, memperdaya, cemburu
Biru: Spiritual, setia, kreatif, sensitif, baik hati, uring-uringan
Ungu: Ketinggian spiritual, kearifan, intuisi
Nila: Kebajikan, sangat intuitif, pencari
Merah muda: Cinta, ketulusan, persahabatan
Abu-abu: Depresi, kesedihan, keletihan, rendah energi, skeptis
Cokelat: Kerakusan, keegoisan, keras kepala
Hitam: Kurang energi, sakit, kematian yang dekat
Putih: Keseimbangan yang sempurna
Immortal Series banyak dibandingkan dengan Twillight Series, tapi walaupun kelihatannya kedua seri itu mirip, sebenarnya mereka berbeda.
Pada Immortal Series ini membahas tentang makhluk kekal yang adalah manusia. Jika mereka memilih untuk mengakhiri segalanya--segala kekekalan, mereka bisa saja melakukannya seperti yang disebutkan Damen di beberapa bab terakhir. Karena ada sesuatu yang dibuat oleh manusia yang membuat Damen dan immortal-immortal lainnya menjadi kekal.
Sementara untuk Twillight sendiri sepertinya ide cerita berasal dari mitos-mitos kuno yang digabungkan.
Sebenarnya saya tidak terlalu menyukai bab-bab awal. Terasa begitu lambat dan juga in-konsistensi pemilihan kata yang dipakai penerjemah juga membuatnya terasa tidak nyaman. Kadang dalam percakapan dipakai kata 'kau' dan kadang 'kamu'. Lalu banyaknya pemakaian kata 'aku' juga tidak begitu mengenakkan. Dan juga penyampaian betapa misteriusnya Damen di bab-bab awal membuat saya tidak terlalu penasaran siapa dia--karena sudah terpampang jelas di nama serinya. Tapi setelah beberapa bab, lebih tepatnya setelah Drina masuk ke dalam cerita, di sana saya mulai bersemangat membacanya dan mengetahui bahwa ternyata Ever terlalu berlebihan menilai dirinya.
Untuk tokoh-tokohnya sendiri tidak terlalu saya perhatikan karena Ever lebih mendominasi. Ia benar-benar cocok untuk menjadi tokoh utama di dalam novel ini. Dan untuk tokoh lain saya menyukai Riley, hantu remaja yang tersangkut. Lalu untuk tokoh yang tidak saya sukai adalah Haven, ia terlalu mudah dipengaruhi, walaupun begitu ia memang pribadi yang seperti itu, setidaknya sebab dan akibat Haven menjadi seperti itu sangat jelas dan itulah yang membuat cerita ini cukup masuk akal.
Lalu untuk endingnya sendiri saya cukup suka dan berharap bisa membaca 5 buku lagi untuk seri ini dan 4 buku untuk seri Riley Bloom--adik Ever.
"Memaafkan itu menyembuhkan." Dia menyunggingkan senyum. "Terutama memaafkan dirimu sendiri." -- halaman 389.
(rating: 3 dari 5 bintang)
0 Komentar