[Review] Intuisi

Judul: Intuisi
Sub judul: Lot & Purple Hole
Pemrakarsa: Reni Erina
Penulis: Baruna (Zukril Yu, Nury Purwanti, Marini) & D'Purple (Arista Devi, Ratnani Latifah, Noviana Kusuma, Nova Amalia, Danang Febriansyah)
Editor: Afrianty P. Pardede
Tebal: 176 halaman
Terbit: Agustus 2015
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 978-602-02-6976-4
Keterangan: Novelet Indonesia, Paranormal, Kolaborasi




"Ini yang menjadi kekagumanku pada imaji. Tak menyaksikan saja bisa membuat terpesona."


Blurb


"Pernahkah kamu merasakan suatu getaran dalam hatimu yang mendorongmu melakukan sesuatu?
Perhatikan tanda!"


"Jangan biarkan peristiwa lewat begitu saja tanpa pernah mengerti maksudnya.
Tidak ada kebetulan yang hanya membawa keberuntungan."

-----

"Dua naskah ini ditulis oleh beberapa penulis dengan cara berbeda. Yang satu ditulis dengan cara menyambung kisah sebelumnya, sementara naskah lainnya ditulis dengan cara masing-masing sudut pandang penulisnya. Sedikit tergidik, bisa saja. Tetapi tidak semua kisah misteri di dalam naskah ini membuat bulu kuduk merinding. Sebab kekuatan misteri tidak harus melulu soal ketakutan, bukan?" -- Reni Erina (Pemrakarsa)

Seperti yang sudah disebutkan oleh pemrakarsa di kata pengantarnya, buku ini membawa kita pada dua naskah berbeda dengan dua cara penulisan yang berbeda. Naskah tersebut merupakan naskah yang diikutsertakan dalam suatu ajang menulis di forum kepenulisan. Hingga naskah  tersebut dikemas menjadi buku yang menarik dengan sampul yang menarik.

Pertama sekali saya sangat suka dengan pemilihan covernya. Sebuah simbol unik ditambah awan yang diberi sentuhan dominan warna ungu muda yang lembut sangat cocok dengan Intuisi itu sendiri. Sedangkan pemilihan font sub judulnya yang berbayang memberi kesan bahwa suatu Intuisi itu sesuatu yang hanya terlintas sejenak, memberi sedikit keraguan/guncangan karena ketidakpastiannya. Tidak semua orang bisa mengerti sesuatu seperti itu. Dan ya, "Perhatikan Tanda!"

Selanjutnya mari kita beralih ke isi.


Lot

Di naskah pertama berjudul Lot, kita dibawa menuju suatu tempat yang tidak asing lagi, yaitu Tanah Lot, Bali.

Malam bergerak turun dan cahya luna tiba di wajahnya
Senyum ranum dipersembah
Aku terperangah
Lakuku lupa malu
Tunjuk muka dari balik Pura
Namun saat jejak mendekat
Ia menghilang di kedalaman samudra

Puisi di atas adalah satu bait dari dua bait puisi pembuka di Lot. 
Di awal cerita kita bisa melihat Dean yang sedang mendengar piringan hitam berisi puisi yang dideklarasikan oleh ibunya, disertai iringan denting ditar dan gesekan biola. Dean merupakan seorang pemuda campuran Indonesia-Belanda bermata hijau yang tinggal di Amsterdam. Ia lahir di Bali namun sebulan setelahnya sang ayah membawa Dean ke tempat tinggalnya sekarang. 

Lalu, akhir-akhir ini Dean sering bermimpi. Kepingan-kepingan mimpi itu dipaparkannya pada sang ibu yang memiliki kemampuan khusus bisa membaca pertanda-pertanda seperti itu. Mom lalu menyuruh Dean untuk mengunjungi Bali demi menemukan makna mimpi tersebut.


Aku bersusah payah mengingat-ingat dan menyusunnya. Akhirnya, slide buram itu membentuk kesatuan yang utuh. Senja, samudra, batu karang, pura dan gadis cantik dengan senyum ranum. -- hlm 4


Tapi apa sebenarnya maksud pertanda itu? Apakah Dean bisa menemukannya meski hanya pulang ke Bali sendirian?


REVIEW

Penulis di Lot ini membuat saya kagum dengan kemampuan bahasanya yang rapi, terstruktur dan terkadang puitis. Terutama dari halaman 22, bahasa yang digunakan membuat saya enggan berhenti membacanya. 

Ditulis dengan menyambung kisah, namun menggunakan POV 1 dari tokoh berbeda. Ada tiga tokoh di sini, yaitu Dean, Nunik dan Kadek Arini. Dua dari tiga tokoh utama itu (ditambah ibunya Dean) mempunyai kemampuan intuisi yang tinggi. Yang kadang-kadang membuat saya ngeri sendiri, takut-takut kalau orang-orang seperti itu ada di dekat saya lalu mereka mengambarkan pikiran dan masa depan saya dengan jelas dan bikin saya terserang paranoid akut hihi

Dengan penjelasan latar tempat dan suasana yang disampaikan dengan lancar, Lot ini benar-benar cocok sekali bagi yang ingin membaca cerita bernuansa Bali dengan adat yang kental yang disajikan dengan gaya bahasa yang mengalir.


Purple Hole


Adakalanya mimpi bukan sekadar mimpi atau hanya bunga tidur. -- Arista Devi
Kesialan pun keberuntungan sebenarnya hanya soalan sisi pandang... -- Kazuhana El Ratna Mida (Ratna Latifah)
... Semua hal butuh pembelajaran, hidup pun penuh perubahan dan keberuntungan mungkin datang kapan saja. -- Noviana Kusuma
... Seperti angin yang menerbangkan awan hitam, membuatnya menutupi hari yang cerah. Mendung, dan turunlah hujan yang akan mendatangkan pelangi--seperti sebuah keajaiban. -- Nova Amalia
... kepakkan sayap doamu kuat-kuat dan biarkan ia menjelma tongkat pengharapan yang bertumbuh menjadi keajaiban. -- Danang Febriansyah

Bercerita tentang Luki, laki-laki keras kepala yang memilih untuk mengabaikan kemampuan psikisnya. Dibuka oleh mimpi dari Dinar, sepupu perempuan Luki yang mengatakan pada Luki tentang mimpinya. Menurut Dinar, Luki sebaiknya jangan melakukan penerbangan ke Beijing karena mungkin saja akan terjadi sesuatu. Tapi bukan Luki namanya kalau tidak mengejar impiannya, bahkan ia memilih untuk tidak menghadiri pesta ulang tahun pernikahan orangtuanya.

Lalu apa sebenarnya Purple Hole itu? Dan apa yang terjadi pada Luki selanjutnya?


REVIEW


Berbeda dengan naskah pertama yang menggunakan POV tokoh, naskah Purple Hole ini menggunakan POV penulis sekaligus POV tokoh berbeda. Ide yang cukup jarang sih. Namun karena POV penulis ini ada sesuatu yang mengganggu saya (semoga cuma saya doang yang terganggu). 

Awalnya saya baru saja merasa ketagihan selesai menikmati momen-momen di bandara, alias saat Celia sedang mengamati Luki (part-nya mbak Ratna). Soalnya bagian ini mengalir rapi, dan juga agak sedikit beda dari part lainnya. Cuma bagian ini yang memaparkan kejadian di bandara, jadi saya pikir bagian lain bisa memaparkan sesuatu yang lebih menarik.

Saya juga agak lola sih kalau ini menggunakan POV yang rada ribet gini. Jadi gak nyangka aja tokohnya berganti-ganti di tiap part. Ketidaksiapan saya menerima kejutan POV ini bikin saya makin lola bacanya. Jadi untuk yang mau baca, saya kasih bocoran dulu ya.

Part 1 -- POV Dinar, sepupu Luki (Arista Devi)
Part 2 -- POV Celia, petugas bandara (Ratnani Latifah)
Part 3 -- POV Luki, tokoh utama (Noviana Kusuma)
Part 4 -- POV Novi, adik Luki (Nova Amalia)
Part 5 -- POV Ibu Luki (Danang Febriansyah)

Salah satu hal yang kurang saya suka di sini adanya beberapa kali pengulangan dialog atau adegan yang membuat ceritanya terasa lamban dan suasana cemasnya pun nyaris tidak terasa. Walaupun begitu, menurut salah satu penulisnya itu untuk lebih memperlihatkan benang merahnya.

Selain itu saya cukup suka dengan endingnya, ternyata cerita itu bukan hanya tentang Luki, melainkan tentang tokoh lain yang menyadari dirinya harus segera 'bangkit' untuk menikmati hari-hari bersama keluarga.

Secara umum, buku dengan tema menarik dan pilihan situasi yang unik ini sangat cocok untuk yang menyukai sesuatu berbau 'ungu' dan untuk yang sedang mencoba mencari bacaan ringan dengan gaya bahasa yang beragam.


"Karena jika terjadi apa-apa denganmu, bukan hanya kamu sendiri yang menanggung segala akibatnya, tapi kami juga! Keluargamu! Keluarga yang selalu menyayangimu meski semenyebalkan apa pun dirimu."



(Rating: 3,5 dari 5 bintang)

Posting Komentar

3 Komentar