[Review] Burial Rites


Judul: Burial Rites (Ritus-Ritus Pemakaman)
Penulis: Hannah Kent
Alih Bahasa: Tanti Lesmana
Tebal: 416 halaman
Terbit: 2014
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-0906-4
Keterangan: Novel Terjemahan, Kisah Nyata



"Kadang-kadang orang tidak mempunyai kesempatan sejak awal, atau mereka mungkin membuat kekeliruan."


Kasus pembunuhan itu menyebar dengan cepat ke penduduk Islandia. Ketiga terhukum dijatuhi hukuman mati, dengan harapan bisa menjadi contoh agar masyarakat tidak melakukan hal serupa. Ketiga terhukum itu dikucilkan, termasuk Agnes Magnúsdóttir.

Aku tidak bermimpi di dalam gudang Stóra-borg. Meringkuk di papan-papan kayu tipis berselimutkan kulit kuda yang sudah buluk, kantuk mendatangiku bagai arus pasang yang tipis. Berdebur menerpa tubuhku, namun tak pernah menenggelamkan aku dalam ketidaksadaran total.

Cerita bergulir dari sudut pandang orang ketiga dan sudut pandang orang pertama Agnes--tokoh utama di novel ini. Diceritakan bahwa ketiga terhukum dalam kasus pembunuhan Natan Ketilsson dan Pétur Jónsson akan dieksekusi dalam waktu dekat, namun karena kurangnya tempat penahanan di Stóra-borg, maka ketiganya dipindahkan ke rumah-rumah penduduk yang taat agar bisa membantu dan sekaligus memperbanyak berdoa sebelum kematiannya. Masing-masing mereka diberi seorang pendeta untuk membimbing ketiga terhukum itu untuk bertobat.

Agnes Magnúsdóttir dipindahkan ke Kornsá, di lembah Vatnsdalur, tempat keluarga Jón Jonsson melakukan segala kegiatan sehari-harinya. Jón merupakan petugas wilayah yang ekonominya kurang mapan, dan karenanya Björn Blöndal memilih pertanian Jón untuk menjadi tempat penahanan sementara Agnes.
Sebagai terpidana yang dijatuhi hukuman oleh negeri ini, kau telah kehilangan hakmu untuk memperoleh kebebasan. -- hlm 53
Pada awalnya keluarga Jón menolak keras kehadiran Agnes. Mereka takut Agnes akan berbuat macam-macam di rumah mereka. Termasuk Margrét yang takut keselamatan anak-anaknya akan terancam dengan kehadiran Agnes.
"Aku dipaksa untuk menampungmu di sini, dan kau..." Dia terbata-bata sejenak. "Kau dipaksa untuk mau ditampung." -- hlm 80
Namun, kedatangan Agnes malam itu dengan wajah dan tubuh yang seperti sudah sekian lama tak terawat karena dikurung di Stóra-borg lama kelamaan malah membawa cerita tersendiri. Orang-orang di Kornsá mulai menaruh perhatian padanya. Terutama dengan sikap baik, kecerdasan dan keuletan bekerjanya.

Asisten Pendeta Thorvardur--yang masih terlalu muda untuk melakukan tugas keagamaan--pada awalnya kabur saat melihat Agnes. Tapi ia kemudian menemukan cara untuk mendekati Agnes dengan lembut. Memilih menanyainya dengan perlahan agar bisa membantu Agnes untuk bertobat. Tapi kisah-kisah Agnes begitu tak terduga, tentang statusnya dan tentang hubungannya dengan Natan--salah seorang yang terbunuh malam itu.

"Tahu tentang hal yang pernah dilakukan seseorang, dan tahu seperti apa seseorang, adalah hal yang sangat berbeda." -- hlm 136
Novel dengan tebal lebih dari 400 halaman ini ditulis dan diterjemahkan dengan sangat baik. Diambil dari kisah nyata Agnes Magnúsdóttir, terhukum mati pada tahun 1829 di Islandia. Penggambaran latar, baik tempat maupun suasana terasa hidup dan nyata. Membawa kita pada nuansa alami pertanian-pertanian pada tahun 1800an dengan kehidupan masyarakat yang begitu kental, sekaligus kesuraman saat masa-masa penahanan sedang berlangsung. Meskipun berfokus pada Agnes, namun cerita tetap luas dan tidak membosankan.

Posting Komentar

0 Komentar