Sejauh 2016 ini, perjalanan membaca saya terbagi-bagi dalam banyak cabang.

Pertama, membaca untuk menulis. Tentu istilah 'membacalah jika ingin menjadi penulis' menjadi slogan abadi bagi siapa pun yang bernaung di dunia literasi. Dan meski awalnya saya tidak ingin melakukan slogan itu, namun pada akhirnya saya tertolong juga. Beberapa aplikasi online dan kuis buku gratis berseberan di timeline saya sejak saya mulai merasakan 'hangatnya' membaca. Saya pun merasa ketagihan juga, hingga mata saya butuh beristirahat. Saya memutuskan untuk membaca sesuai cabang kedua.

Kedua, membaca sebagai kegiatan promosi diri. Oke, tahu kan, brand name? Saya pernah diajarkan untuk membuat nama saya menjual. Seperti penulis-penulis kelas atas yang jika mendengar namanya saja orang pasti bergidik--kagum atau malah ngeri. Jadi, saya mengikuti beberapa event di dunia pecinta buku. Seperti membaca bareng dan host giveaway. Dan saya hanya bisa mengikuti satu-satu saja. Seperti event membaca bareng buku Indah Hanaco di twitter, event membaca novel Haru di facebook, Resensi Pilihan Gramedia dan beberapa lagi sebagai host giveaway. Total buku yang saya dapatkan dengan ini adalah: 9 buku gratis. Tapi, saya tetap merasa tidak cocok. Saya tidak begitu cocok dengan kegiatan berkelompok, jadi saya tidak yakin cabang kedua ini sudah saya penuhi. Paling tidak, setiap beberapa waktu ada beberapa orang baru tahu kalau saya adalah 'manusia'. Begitulah.

Ketiga, membaca sebagai alasan untuk memperoleh buku gratis. Jika kalian para pecinta buku membuka twitter, pasti tidak asing lagi dengan 'ada giveaway buku ini di blog ini, yuk ikutan!' Saya kadang-kadang merasa timeline twitter saya monoton sekali, ya masa semua jujur-jujuran butuh gratisan. Tidak ada perasaan minder sama sekali. Duh, tapi kadang-kadang saya senang juga, gratisan itu enak dan banyak yang seperasaan dengan saya, heuheu. Dalam tahun ini, buku gratis saya dari cabang ketiga hanyalah 4 buku. Salah satunya pun saya menang karena tantangannya adalah menulis puisi. (Baca di artebia) Dan jujur saja, tiap saya menang giveaway seperti ini, saya selalu tidak puas dengan bukunya, entah karena masalah genrenya atau memang bukunya yang aneh. Jadi, kadang-kadang saya capek.

Keempat, membaca untuk hiburan. Saya suka sekali bagian ini. Saya hanya membaca buku yang saya suka. Saya membaca tanpa mengkritik sama sekali. Bahwa bacaan saya itu adalah sesuatu yang akan menghibur saya selama beberapa menit lamanya. Paling tidak, saya benar-benar terhibur dan saya bahkan tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasanya 'terhibur'. Itu sesuatu yang hanya bisa kita rasakan. Dan setiap orang terhibur dengan buku yang berbeda. Saya sendiri sangat terhibur ketika menemukan penulis-penulis yang tulisannya penuh diksi ringan dan riset mendalam. Seperti karya Jodi Picoult, Coollen Hoover, Robert Galbraith, Indah Hanaco, Prisca Primasari, dan beberapa nama lain. Saya penasaran dengan novel-novel lain, dan berharap sekali mendapatkannya secara gratis (dilarang ketawa). Untuk bagian ini, saya sudah membaca sekitar 40 buku tahun ini.

Kelima, membaca untuk membuang uang. Stress bisa menimbulkan hal-hal mengerikan di hidup ini. Bisa jadi phobia, trauma atau bahkan kebiasaan buruk. Bagi pecinta buku, membuang uang untuk membeli buku itu bisa saya katakan sebagai kebiasaan buruk. Pasalnya, mereka bahkan belum tentu akan membaca buku yang mereka beli itu. Mereka membeli itu hanya karena perasaan tertarik yang mendalam, yang pada akhirnya menyeret mereka pada kebangkrutan. Namun, tentu tidak semua pecinta buku melakukan hal itu. Tapi, tetap saja boros adalah boros, terlepas dari apa pun alasannya. Untuk bagian ini, saya nyaris saja membeli banyak buku per-periode diskon besar-besaran. Meski gagal sih, karena saya sepertinya selalu gagal untuk belanja 'tanpa beban'. Untuk cabang kelima ini, saya mendapat 5 buku. Dan dengan satu alasan, saya katakan saya tidak membuang uang. Saya tidak mau dong, mengaku kalau membeli buku itu membuang uang. Cuma 5 buku kok yang saya beli dan saya sudah membaca kelima-limanya heuheu. Tapi ya, belinya tetap pakai uang tabungan.


Jadi, kesimpulannya saya membaca bukan untuk membaca lagi. Di beberapa sisi, membaca juga membawa beban tersendiri, meski mendapat ilmu sebagai imbalannya. Yah begitulah perjalanan membaca saya tahun ini. Bagaimana denganmu? Apa perjalanan membacamu lebih rumit lagi?