[Review] Katarsis

Judul: Katarsis
Penulis: Anastasia Aemilia
Editor: Hetih Rusli
Desain dan ilustrasi: Staven Andersen
Tebal: 264 halaman
Terbit: April 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-9466-8
Keterangan: Misteri


BLURB

Tara Johandi, gadis berusia delapan belas tahun, menjadi satu-satunya saksi dalam perampokan tragis di rumah pamannya di Bandung. Ketika ditemukan dia disekap di dalam kotak perkakas kayu dalam kondisi syok berat. Polisi menduga pelakunya sepasang perampok yang sudah lama menjadi buronan. Tapi selama penyelidikan, satu demi satu petunjuk mulai menunjukkan keganjilan.

Sebagai psikiater, Alfons berusaha membantu Tara lepas dari traumanya. Meski dia tahu itu tidak mudah. Ada sesuatu dalam masa lalu Tara yang disembunyikan gadis itu dengan sangat rapat. Namun, sebelum hal itu terpecahkan, muncul Ello, pria teman masa kecil Tara yang mengusik usaha Alfons.

Dan bersamaan dengan kemunculan Ello, polisi dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yang melibatkan kotak perkakas kayu seperti yang dipakai untuk menyekap Tara. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam?

REVIEW

Jadi, aku memberi gadis itu koinku... Supaya dia tahu bagaimana rasanya berpura-pura. -- hlm 94
Tara Johandi disekap dalam sebuah kotak perkakas dan kini dalam perawatan psikiater karena syok. Diperkirakan ia dan keluarga merupakan korban perampokan sadis. Sepupunya dimutilasi, ayah dan bibinya meninggal di tempat kejadian. Sementara paman yang selama beberapa tahun terakhir koma. Puzzle sudah terkumpul, bukan?

Sayangnya belum. Ada monster yang mengganggu gadis itu. Serta bau mint menyengat yang selalu ada untuk menakutinya. Namun, koin lima rupiah keluaran tahun 1974 itu masih melindungi Tara dari semua rasa sakit.

---

Novel ini disajikan dengan prolog yang menarik. Di sana diperlihatkan bagaimana rasanya menjadi Tara saat ia disekap di kotak perkakas kecil itu.
Jika kau tahu rasanya ketika tubuhmu ditarik ke-72 arah berbeda di saat bersamaan, kau takkan percaya bagaimana kotak perkakas kayu yang biasa teronggok di sudut gudangmu bisa menyiksamu lebih daripada itu.
Lalu kejadian bergulir ke waktu sebelum kejadian pembunuhan itu terjadi. Ketika Tara melakukan 'kegilaan'nya. Tara yang entah mengidap penyakit apa itu sudah banyak melakukan sesuatu yang mengerikan. Namun, satu yang tidak bisa dimengerti, kenapa Tara bisa membenci namanya sendiri ketika ia bahkan sepertinya baru lahir. Aneh sekali, bisa-bisanya anak bayi menolak untuk mengakui namanya. Kejadian semengerikan apa yang membuat Tara kecil itu tidak menyukai namanya? Itu tidak begitu dijelaskan dan rasanya terlalu mengganggu.

Tapi konflik cerita tidak berhenti di sana. Kita kemudian diperlihatkan dengan Tara yang sedang melakukan pengobatan di psikiater dan pada akhirnya selalu dilindungi Alfons, si psikiater penyuka air putih.

Sangat disayangkan, selalu berada di dekat Alfons tidak membuat Tara sepenuhnya baik. Tara yang sedang jauh cinta malah membuat pengawasan Alfons mengendur, hingga membahayakan nyawanya sendiri.

Sama halnya seperti novel bertema mental illness lain, sebenarnya pelaku sudah diperlihatkan di opening novel ini. Tapi satu yang menarik, kehadiran koin lima rupiah yang selalu digenggam Tara ternyata dapat memperluas konflik. Seseorang yang dulu memberi koin itu datang kembali ke Tara ketika kasus penyekapan keluarga Tara sedang hangat di TV. Konflik Tara dan pemberi koin itu menjadi cerita jauh dari bayangan ketika membaca blurb.

Walaupun ada kebolongan logika yang terlalu jelas, Katarsis ini tetap bagus buat diikuti. Selain karena kosa katanya yang banyak, penulisnya juga adalah orang Indonesia.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Judulnya bikin penasaran.. roman-romannya berbau ala-ala investigasi peyelidikan kasus. Seru kayanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang ada investigasi kasus kak ^^ cuma yg ini lebih ke mental illness-nya, jadi ya cuma disampaikan sekilas. Tapi tetap seru novelnya

      Hapus