[Review] Then & Now

Judul: Then & Now
Penulis: Arleen A.
Editor: Dini Novita Sari
Desain sampul: Martin Dima
Tebal: 344 halaman
Terbit: Mei 2017
ISBN: 978-602-03-5128-5
Keterangan: Romance, Klasik



B L U R B


Ruita
Gadis dari suku telinga pendek. Ia tidak menyukai suku telinga panjang, apalagi kalau harus bekerja pada mereka. Tapi lalu ia melihat mata itu, mata seorang lelaki suku telinga panjang yang sorotnya seolah dapat melihat kedalaman hati Ruita.

Atamu
Ia tidak pernah menyangka akan jatuh hati pada gadis dari suku lain yang lebih rendah derajatnya. Tapi apalah arti kekuatan lelaki berusia enam musim panas bila dihadapkan pada akhir yang lama tertulis sebelum dunia diciptakan?

Rosetta
Ia punya segalanya, termasuk kekasih yang sempurna. Tapi ketika dilamar, ia menolak tanpa tahu alasannya. Ia hanya tahu hatinya menantikan orang lain, seseorang yang belum dikenalnya.

Andrew
Ia hanya punya enam bulan untuk mencari calon istri, tapi ia tak tahu dari mana harus memulai sampai ia melihat seorang gadis berambut merah. Dan begitu saja, ia tahu ia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan gadis itu.

Ini kisah cinta biasa: tentang dua pasang kekasih yang harus berjuang demi cinta. Namun, bukankah tidak pernah ada kisah cinta yang biasa?


R E V I E W
Bukankah sesuatu yang tidak kaumiliki selalu tampak lebih mengagumkan daripada sesungguhnya? – hlm 24
Suku Momoki dan suku Eepe sama-sama hidup di Rana Pui, tetapi memiliki perbedaan yang signifikan. Suku Momoki, lebih pendek, berkulit gelap dan tidak suka memanjangkan daun telinga. Sementara suku Eepe bertubuh tinggi, berkulit putih dan suka memanjangkan daun telinga. Selain itu, suku Eepe juga memiliki kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dibanding suku Momoki.
Semua suku Momoki tahu suku Eepe memandang rendah kami, seolah kami manusia berkelas rendah. Seolah Dewa Makemake memang sengaja menciptakan seluruh suku Momoki untuk jadi pelayan bagi suku Eepe. – hlm 12
Ruita, seorang perempuan suku Momoki yang berusia lima belas musim panas dan memiliki kecenderungan untuk terus berpikir dan bertanya. Ia tidak menyukai kesombongan suku Eepe. Menurutnya suku Eepe tidak seharusnya memandang rendah suku Momoki, karena mereka sama-sama berasal dari dewa yang sama, yaitu Dewa Makemake.

Di tengah ketidaksukaannya Ruita pada suku Eepe, ada seorang tetangganya yang sedang sakit dan Ruita-lah yang ditugaskan untuk menggantikan tetangganya tersebut bekerja di rumah salah satu keluarga suku Eepe. Meski keenganannya terlihat jelas, Ruita tidak bisa berbuat apa-apa. Pada akhirnya, kebenciannya tetap tidak bisa membuatnya menjauh dari takdirnya untuk bekerja di rumah Tangata Heteriki.

Di rumah Tangata Heteriki, Ruita melakukan tugas awalnya untuk memberi makanan pada pekerja-pekerja ladang. Sore harinya ketika ia ditugaskan untuk menyiapkan makan malam keluarga Heteriki, Ruita menemukan sebuah cara agar tidak perlu terlibat langsung dengan keluarga suku Eepe tersebut. Gadis berumur lima belas musim panas itu sengaja menumpahkan sup yang sedang dimasak. Namun, sebagai hukumannya ia ditugaskan untuk menyapu kandang ayam. Dari sanalah pertemuan Ruita dan Atamu terjadi. Pertemuan dalam pandangan pertama, dua pasang mata yang entah bagaimana telah terikat satu sama lainnya.

-----

Ada keasyikan tersendiri yang kau dapat ketika kau memandangi seseorang dan seseorang itu tidak tahu sedang kaupandangi karena kau yakin apa pun yang dilakukan orang itu, memang dilakukannya karena ingin dan bukan karena harus. – hlm 31 
Kisah cinta dalam novel ini bisa dibilang kisah cinta yang klise. Penulis mengangkat cinta pada pandangan pertama sebagai topik utama dalam dua cerita di novel ini. Dimulai dari kehidupan "Then" yang menceritakan hubungan terlarang antara seorang gadis suku Momoki dan pemuda suku Eepe. Kedua orang itu tak sengaja bertemu ketika Ruita jatuh saat membersihkan kandang ayam. Atamu yang kamarnya berada di dekat kandang ayam lalu melihat saat Ruita melakukan pekerjaan yang tidak biasa, yaitu mengelus ayam-ayam sebelum gadis itu pulang. Secara tak sengaja, Ruita mendapati mata Atamu dan napasnya tercekat.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama bergantian antar tiap tokohnya. Membuat eksplorasi pikiran dan perasaan suatu tokoh terhadap suatu keadaan terlihat jelas. Walaupun sebenarnya penggunaan sudut pandang ini kadang-kadang membuat saya ragu siapa yang sedang berbicara.

Keistimewaan novel ini adalah kisah klasik dan pembawaan klasik yang dipegang teguh penulis. Gaya penulisan naskah romance dengan pembawaan klasik yang menghipnotis ini membuat saya sangat menikmati setiap bagian di "Then". Bahkan saya tidak bisa protes dengan kisah cinta pada pandangan pertama ini, karena penulis benar-benar membuat saya ikut berdebar saat menyimak interaksi Ruita dan Atamu, mulai dari pertemuan, perasaan takut Ruita yang menyebabkan gadis itu tidak mau bekerja lagi di rumah Tangata Heteriki, percakapan-percakapan ringan mereka di pasar dan banyak lainnya.
“Apa kau memang sesering ini jatuh?” tanyanya perlahan. Aku dapat mendengar ia mengucapkan sambil tersenyum. Aku mengangkat wajah untuk melihat wajahnya. Ia memang sedang tersenyum. “Aku sudah berhasil menggagalkan tiga dari empat jatuhmu. Jika saja aku bisa memutar balik waktu, aku pasti akan menggagalkan jatuhmu yang pertama juga,” katanya. Untuk sejenak aku berpikir apa yang dimaksud. Lalu aku ingat kali pertama aku melihatnya di balik jendela. Rupanya ia melihatkku sewaktu aku jatuh di kandang ayam. – hlm 87
“Kenapa kau ada di sini?” tanyanya.
“Aku, aku menunggumu,” jawabku.
“Kenapa kau menungguku?” tanyanya lagi.
“Karena, karena aku memang harus,” jawabku.
“Siapa yang mengharuskan itu?” tanyanya. Aku tidak menjawab. Aku memegang kedua lengannya dan menjauhkan tubuhnya dari tubuhku supaya aku dapat memandang matanya.
“Tidak ada yang mengharuskan. Tapi hatiku ingin,” jawabku. – 97
Selain cinta terlarang antar suku yang bisa mengakibatkan pengucilan serta hukuman berat bagi pasangan yang terus melanjutkannya, penulis juga menambahkan orang ketiga dalam bagian pertama novel ini. Ada Vai, anak dari tetangga Ruita yang sakit. Vai sudah menyukai Ruita sejak Ruita lahir ke dunia. Vai selalu mengamati Ruita dan merespon apa pun ucapan aneh Ruita dengan senang hati. Namun, ketika Ruita hampir menjadi miliknya, Vai mendapati kalau calon istrinya telah terlebih dahulu berada di pelukan pemuda suku Eepe.

“Dia memilihku,” katanya. Hanya dua kata. Tapi dua kata itu menghunjam dan menyakiti hatiku lebih dari semua parang tajam yang sedang digunakan di tengah pertempuran itu.
“Dia milikku,” jawabku. Hanya dua kata. Dan dengan dua kata itu aku maju sambil mengibaskan parang. – 146
Saya merasa aneh di bagian ending kedua bab di novel ini yang terkesan terburu-buru. Atau mungkin penulis memang tidak bermaksud menjadikan ending sebagai sesuatu yang istimewa? Selain itu saya juga kurang mengerti apa hubungan tulisan 'bersambung ke halaman sekian...' di cover buku ini. Saya sudah membuka halaman yang tertera di cover bermodel koran ini, namun tidak menemukan apa-apa. Atau memang penulis sengaja menulis sedikit kata kunci agar kita mencarinya sendiri di internet? Saya juga kurang paham. Walaupun begitu, cover novel inilah yang membuat saya sangat penasaran pada novel ini.

Selain itu, keistimewaan lain novel ini terletak pada bagian risetnya. Pulau Rana Pui diambil dari Pulau Rapa Nui (Pulau Paskah), yaitu salah satu pulau yang masuk dalam situs warisan dunia UNESCO. Pulau ini terletak jauh dari daratan dan menyebabkannya begitu terpencil. Dan yang terparah, pada saat krisisnya pulau ini hanya dihuni oleh 111 penduduk. Satu simbol paling jelas pulau ini adalah moai. Moai-moai ini pernah beberapa kali saya lihat di film kartun bertema seperti Madagaskar. 


moai-moai yang membelakangi laut

Bukan hanya di bagian "Then" yang diberi riset oleh penulis, melainkan juga untuk kisah di "Now" yang merupakan kisah di zaman modern. Penulis mengambil riset dari perusahaan dan tempat-tempat di dunia nyata, menjadikan novel ini memiliki unsur latar belakang yang kuat.  

Secara umum, novel bertema Then and Now ini sangat cocok dibaca bagi penjelajah genre yang ingin menemukan perbedaan kesan antara kisah cinta di masa lalu dan masa kini.
Dan aku tahu jika punya kuasa memutar waktu, aku tetap akan melakukan apa yang sudah kulakukan. Aku akan tetap memilihnya. – hlm 52

Posting Komentar

0 Komentar