Judul: Immortal Series #2: Blue Moon
Penulis: Alyson Noel
Penerjemah: Nuraini Mastura
Penyunting: Suhindrati a. Shinta
Penyelaras aksara: Ananta A.
Desain sampul: Windu Budi
Tebal: 423 halaman
Terbit: Januari 2011
Penerbit: Mizan Fantasi
ISBN: 978-979-433-607-6
Keterangan: Paranormal Romance


BLURB

Ever sangat bersemangat mempelajari segala yang dia bisa tentang kemampuan barunya sebagai seorang Immortal, dan dia bergantung pada Damen yang menunjukkan kepadanya berbagai macam hal. Namun seiring dengan kekuatan Ever yang meningkat, kekuatan Damen malah melemah.

Demi berjuang menyelamatkan Damen, Ever berkelana ke dimensi magis Summerland, tempat dia mengetahui rahasia-rahasia masa lalu Damen yang menyakitkan—sesuatu yang selalu disembunyikan Damen darinya. Namun dalam perjalanannya untuk menyembuhkan Damen, Ever menemukan teks kuno yang menjelaskan secara rinci cara kerja waktu. Kini Ever harus memilih antara memutar balik waktu dan menyelamatkan keluarganya dari kecelakaan yang merenggut nyawa mereka, atau menetap di masa kini dan menyelamatkan Damen yang semakin sakit dari hari ke hari.

REVIEW

"Karena kau harus benar-benar menginginkannya agar itu dapat terjadi."
Setelah di buku pertama dijelaskan tentang Ever Bloom yang merupakan cewek aneh bertudung--yang sengaja memakai earphone dan menghidupkan lagu keras-keras untuk menghalau pusaran aura dan pikiran dari orang di sekelilingnya--bertemu dengan Damen Auguste, cowok pendatang baru yang populer dan misterius. Kini di seri kedua membahas tentang masa lalu Damen sekian ratus tahun yang lalu. Dengan penghubungnya yaitu tempat persinggahan arwah orang-orang mati, bernama Summerland.

Awalnya Ever dan Damen berencana untuk melakukan satu hal. Namun keanehan terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Damen yang adalah seorang immortal berkeringat dan sakit--bahkan ia tidak bisa menggunakan kekuatannya seperti biasa. Hingga pada Jumat malam--hari yang direncanakan--Damen tiba-tiba meninggalkan Ever dan menghilang. Lalu ketika Damen kembali, cowok itu berubah menjadi seseorang yang sangat jijik dengan Ever.

Kemudian Ever menyadari bukan hanya Damen yang berubah. Tapi seluruh sekolah berubah. Anak-anak kelas atas dan terasing saling berbagi meja dan bercanda. Teman Ever--Haven dan Miless--juga mengubah penampilannya dan saling berbagi canda dengan anak kelas atas. Sebuah perubahan yang terlalu signifikan mengingat baru kemarinnya mereka saling membenci satu sama lain.

Ever mencurigai seorang cowok pindahan bernama Roman. Cowok itu memiliki memiliki energi yang ceria, ramah, dan selalu bertekad untuk membuat semua orang jatuh cinta padanya.

-----

"Di dalam Summerland hadir kemungkinan untuk apa pun. Untuk segala hal. Tapi, pertama-tama kau harus menginginkannya untuk memunculkannya ke alam nyata. Jika tidak begitu, itu hanya akan tetap menjadi sebuah kemungkinan saja--satu dari banyak kemungkinan--tak terwujudkan dan tak utuh." -- hlm 187

Saya suka saat tempat bernama Summerland dijadikan latar utama di buku kedua Immortal Series ini. Tempat khayal yang bisa menciptakan seluruh khayalan tapi juga memiliki rahasia lain di dalamnya. Ever memasuki tempat itu bersama Ava--si peramal--dan mendapati beberapa masa lalu Damen. Namun karena ketidaksabaran Ever, kilasan yang ia lihat di kuil Summerland itu berakhir tanpa apa pun yang dibutuhkannya. Salah satu penyebab saya kurang suka dengan Ever yang ini.

Selain itu saya juga suka saat Riley hadir kembali, menyadarkan Ever harusnya ia tak berharap terlalu jauh ke belakang. Karena seharusnya ia menghadapi apa yang ia dapatkan saat ini (rd: Damen). Dua kekesalan saya pada Ever.

Kemudian menjelang ending, Ever lagi-lagi mengambil pilihan yang salah. Padahal jelas-jelas Roman itu terlalu jahat untuk dipercayai. Dan Ever terlalu tak sabaran untuk menunggu obat penawar Damen datang--padahal sebelumnya Ever bisa berpikir jernih untuk menelusuri tembok pikiran yang dibangun Roman.
"Kau nggak bisa kembali, Ever. Kau nggak bisa mengubah masa lalu. Itu sudah terjadi." Aku memicingkan mata, sama sekali tak mengerti maksud ucapannya. Tapi baru ketika aku mulai bertanya, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Ini takdir kami. Bukan kamu. Tidakkah kau pernah sejenak merenungkan bahwa barangkali kau memang ditakdirkan untuk selamat? Bahwa barangkali, bukan hanya Damen yang menyelamatkanmu?"
Jika dibandingkan dengan buku pertama, saya jauh lebih menyukai buku pertama. Yah, secara umum saya tidak suka pada sikap Ever di buku ini, tapi tetap menyukai alur ceritanya.