[Blog Tour: Review] A Thing Called Us

Judul: A Thing Called Us
Penulis: Andry Setiawan
Penyunting: Ayuning
Penyelaras aksara: Herliana Isdianti, Selsa Chintya
Desainer sampul: Chyntia Yanetha
Penata sampul: @teguhra
Terbit: Oktober 2017
Tebal: 290 halaman
ISBN: 978-602-6383-20-4
Keterangan: Romance, Latar Jepang


BLURB


Ini kisah cinta yang biasa.

Tentang tiga orang sahabat.
Tentang mereka yang memendam perasaan masing-masing.

Shun, Kotoha, dan Shinji sudah bersahabat sejak kecil.
Sampai suatu saat, Shinji tiba-tiba memutuskan untuk menghilang dari kehidupan mereka tanpa memberi kabar secuil pun.

Setelah lima tahun berlalu, Kotoha masih menunggu Shinji pulang. 
Sementara itu, Shun menunggu Kotoha melupakan pria itu. 
Namun, mau sampai kapan mereka saling menunggu?

Mereka hanya bisa berharap, kisah cinta yang biasa ini tidak berakhir dengan penyesalan.


REVIEW


"Memangnya ada ya, menyukai orang lain, tapi tidak bahagia?" -- hlm 50


Minami Shun menyukai Hoshino Kotoha. Namun, Kotoha selalu menunggu Umino Shinji yang menghilang begitu saja dari mereka. Shun memilih menunggu Kotoha, berharap perasaan gadis itu akan berubah. Dan lima tahun berlalu setelah kepergian Shinji, dengan kedua orang yang masih berpegang teguh pada penantiannya. Shun menunggu Kotoha dan Kotoha menunggu Shinji. Apa Shinji akan kembali? Atau penantian mereka hanya sia-sia?

-----

Shun dan Kotoha sudah saling bersahabat sejak kecil. Mereka waktu kecil tinggal di Sugadaira, dengan latar belakang yang cukup mirip. Ketika Shun dan Kotoha menginjak masa remaja, Shinji memasuki lingkaran pertemanan mereka. Ketiganya bersahabat hingga kemudian Shinji menghilang tanpa menyelesaikan kuliahnya.

Kotoha selalu menyalahkan dirinya untuk kepergian Shinji. Setelah Kotoha dan Shinji berpacaran, Kotoha berselingkuh di belakang Shinji. Tak lama kemudian Shinji menghilang. Setelahnya Kotoha menjadi murung dan hanya hidup untuk menunggu Shinji kembali. Menunggu laki-laki itu kembali untuk menjelaskan alasan kepergiannya.
Gadis itu, seperti tidak memiliki impian apa pun, hanya menerima pekerjaan sebatas klien rutinnya. Dia bekerja hanya untuk bertahan hidup, untuk melanjutkan kesehariannya meratapi kepergian Shinji. -- hlm 17
Shun selalu menemani Kotoha setiap gadis itu sedih. Selalu menghibur Kotoha jika gadis itu kembali menyalahkan diri sendiri. Shun juga tidak mempermasalahkan jika Kotoha mengabaikan dirinya. Walau terkadang Shun bertanya-tanya sampai kapan mereka harus menunggu Shinji kembali.
"Kehidupan saya yang rumit. Menyebalkan sekali menjadi saya, kau tahu? Apalagi menunggu orang yang tiba-tiba bersembunyi dari saya, sangat tidak enak." -- hlm 97
----- 

Sebelumnya terima kasih kepada Penerbit Haru atas kesempatannya mereview novel ini. Sejak tahu kalau Koh Andry menerbitkan novel lagi saya penasaran sekali cerita seperti apa yang dibawa. Saya juga mengira-ngira apa novelnya lebih menyedihkan dari Sayap-Sayap Kecil--walau ternyata keduanya memiliki warna yang berbeda.

A Thing Called Us ini menceritakan tentang orang-orang yang tidak pernah mengerti perasaannya. Shun dan Kotoha adalah dua orang yang selalu menyalahkan diri sendiri, menganggap semua kesedihan yang mereka dapat adalah hukuman atas kesalahan mereka di masa lalu. Hingga keduanya terjebak hukuman yang mereka ciptakan sendiri.

Meskipun begitu, Shun dan Kotoha memiliki alasan kenapa mereka selalu menyalahkan diri sendiri. Faktor lingkunganlah yang berperan besar dalam kehidupan mereka. Shun yang selalu disalahkan oleh ayahnya, dan Kotoha yang dulu disalahkan oleh lingkungan karena ibunya menikah lagi.

Lalu kehadiran Shinji membuat dua orang itu melupakan kesedihannya. Shinji benar-benar berperan besar dalam kehidupan Shun dan Kotoha. Hubungan ketiga orang itu bukan hanya persahabatan, itu lebih rumit lagi.
"Ada hubungan di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata 'suka'." -- hlm 89
Kehadiran Aki dan Hayato dalam kisah ketiga orang itu benar-benar mirip seperti penyelamatan. Aki dan Hayato tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Ikut campurnya Aki serta Hayato sebagai orang luar bisa membuat Shun dan Kotoha berpikir lebih objektif. Menyadarkan bahwa kehilangan bukanlah sebuah akhir kehidupan. Bahwa meratapi kehilangan juga tak ada gunanya sama sekali. Bahkan setiap orang berhak menentukan keputusannya sendiri: ingin meratapi kepergian, atau melepaskan tapi tidak melupakan.

"Itu pilihannya...," ujar gadis itu akhirnya. "Bukan artinya saya menyetujui dirinya menyiksa diri sendiri seperti itu, tapi itu adalah pilihannya. Saya tidak akan membiarkan diri saya mengikuti arusnya, menyiksa diri sendiri juga. Mungkin saya akan membiarkannya, lalu mencari orang lain." Gadis itu tertawa. "Saya tidak sabar melihat orang yang menyiksa diri sendiri. Saya akan mencoba membantu, tapi ada segelintir orang yang tidak ingin dibantu." -- hlm 50-51
Novel ini termasuk novel dengan tokoh-tokoh yang realistis. Semua tokoh memiliki masalahnya masing-masing dan membutuhkan orang lain untuk membantunya. Begitu pun masing-masing menjadi pelindung untuk yang lain, dan tidak ada tokoh yang terlihat mendominasi. Sangat cocok dibaca oleh penyuka kisah persabahatan yang rumit.


GIVEAWAY TIME!


Halo! Akhirnya tiba di rangkaian terakhir blog tour ini. Saatnya ngasih tau bakalan ada giveaway final di fanpage Penerbit Haru. Sebelumnya ikuti syarat dari blogku dulu, ya! ^^

1. Follow twitter dan instagram @penerbitharu (wajib)
2. Follow akun twitterku @fira_yoopies atau instagramku @firaa96 (opsional)
3. Ikuti rule yang dimuat di fanpage Penerbit Haru
4. Pertanyaan dari blogku:

Dimana Shun dan Kotoha tinggal sewaktu kecil?

Sudah tau, kan, jawabannya? :D 
Semoga beruntung!

Posting Komentar

0 Komentar