[Review] Misteri Patung Garam

Judul: Misteri Patung Garam
Penulis: Ruwi Meita
Editor: Sulung S. Hanum & Jia Effendie
Penyelaras aksara: Yuke Ratna P. & Idha Umamah
Penata letak: Wahyu Suwarni
Penyelaras akhir tata letak: Fajar Utami
Desainer sampul: Amanta Nathania
Tebal: 284 halaman
Terbit: Februari 2015
Penerbit: Gagasmedia
ISBN: 979-780-786-X
Keterangan: Novel Thriller, Misteri

BLURB

Dia sangat sadis. Dan, dia masih berkeliaran.

Seorang pianis ditemukan mati,
terduduk di depan pianonya, dengan bibir terjahit.
Bola matanya dirusak, meninggalkan lubang hitam yang amat mengerikan.
Rambut palsu merah panjang menutupi kepalanya.
Sementara, otak dan organ-organ tubuhnya telah dikeluarkan secara paksa.

Kulitnya memucat seputih garam.
Bukan, bukan seputih garam.
Tapi, seluruh tubuh sang pianis itu benar-benar dilumuri adonan garam.

Kiri Lamari, penyidik kasus ini,
terus-menerus dihantui lubang hitam mata sang pianis.
Mata yang seakan meminta pertolongan sambil terus bertanya,
kenapa aku mati?
Mata yang mengingatkan Kiri Lamari akan mata ibunya.
Yang juga ia temukan tak bernyawa puluhan tahun lalu.

Garam? Kenapa garam?

Kiri Lamari belum menemukan jawabannya.
Sementara mayat tanpa organ yang dilumuri garam telah ditemukan kembali….

Dia sangat sadis. Dan, dia masih berkeliaran.


REVIEW
Waktu adalah penipu besar. Kegelapan dan lampu terang yang kadang-kadang menyala adalah kepura-puraan semata. Matahari dan bulan tidak lebih baik dari sebuah kenangan lamat-lamat. Ini mimpi buruk yang takkan berakhir. -- hlm 1

Kiri Lamari, seorang inspektur tingkat dua yang kariernya sedang menanjak, berpindah dari Bojonegoro ke Surabaya. Kepindahannya itu ada hubungannya dengan kasus kematian seorang pianis yang mati dengan tragis.

Tubuh pianis bernama Wina Krinayanti dibalut adonan garam yang sudah mengeras dan kepalanya diberi wig bergelombang warna merah, persis seperti ilustrasi di cover novel ini. Sementara di sepanjang ruangan tempat ditemukannya mayat Wina, terdapat gundukan garam yang sudah lembek. Gundukan garam itu seperti jam pasir yang digunakan pelaku untuk menghitung waktu mayat ditemukan oleh orang lain. Sementara di atas grand piano tempat pianis itu didudukkan, terdapat gambar geometris yang dibentuk dari taburan garam halus menyerupai labirin sarang laba-laba. Di tengah labirin terdapat sebuah simbol aneh. 

Dari tanda-tanda yang ditinggalkan pelaku, jelas terlihat bahwa ini adalah ulah dari seorang psikopat yang mempertontonkan eksistensinya dalam kegelapan. Kiri Lamari pun tidak bisa berhenti memikirkan kematian pianis itu, yang secara tak langsung mengingatkannya akan masa lalu.

***
Garam adalah jiwa. Dia ada dalam darahmu. Jika kamu menumpuk garam dalam tubuhmu: stroke. Hipertensi. Mereka seperti hantu yang mencekik diam-diam. Atau, bahkan ketika kamu begitu pelit memakan garam, tubuhmu bisa terkena hyponatremia fatal. – hlm 89

Novel ini dibuka dengan menampilkan pelaku yang tengah menyekap korbannya. Pelaku meminta sang korban menyanyikan sebuah lagu, lalu si korban salah menyanyikan liriknya dan kemudian kematian mendatanginya. Pelaku pembunuhan itu ternyata ingin kata Sally dalam lagu Oasis - Don't Look Back in Anger diganti dengan Salty. Yang sebenarnya merupakan clue utama dalam novel ini.

Sebenarnya saya merasa aneh ketika penulis dengan terang-terangan menunjukkan siapa pelaku utama pembunuhan yang membuat korban-korbannya menjadi patung garam. Namun ternyata penulis memiliki sebuah rahasia kecil untuk pelaku yang terobsesi dengan garam itu. Bagian ketika identitas masa kecil pelaku dibeberkan adalah bagian yang membuat saya prihatin. Karena bagaimana pun tidak ada yang terjadi tiba-tiba, pasti selalu ada alasan di balik tindakan seseorang.

Selain itu, novel ini memiliki keunikannya tersendiri. Sejauh beberapa kali membaca novel serupa, yang melibatkan psikologis seseorang, novel inilah yang paling mengharukan. Ada tiga keadaan psikologis yang dibuat penulis sebagai perbandingan: orang yang tidak terselamatkan masa kecilnya, orang yang akan diselamatkan masa kecilnya, dan orang yang sedang menyelamatkan masa depan dengan memaafkan kejadian di masa kecilnya.

Selain itu, saya suka sekali dengan karakter tokoh-tokohnya. Benar-benar komposisi yang pas dan rapi. Hubungan Kiri Lamari dan Ireng juga lucu sekali. Bagaimana kedua orang yang cukup mirip nasibnya ini bertemu dan saling melengkapi. Dan terlebih lagi Ireng, bocah berumur tujuh tahun itu merupakan copet yang cukup menghibur. Namun bukan itu saja, penulis juga menambahkan beberapa informasi tentang keadaan anak-anak yang tidak punya rumah dalam diri Ireng ini.

Lalu istilah 'kampret rebut!' dari Inspektur Saut juga masuk ke dalam favorit saya. Itu cara menyumpah yang menggelikan.

Saya juga berharap penulis membuat sekuel novel ini. Karena novel ini bikin ketagihan dan juga saya masih penasaran dengan kehidupan lain semua tokoh inti di dalam novel ini.

Secara umum, novel thriller misteri ini memiliki kisah dan pesan moral yang sayang untuk dilewatkan.
Aku hanya bisa berkata, marahlah, jangan tunda marahmu. Tak selamanya diam itu emas. Ada kalanya, diam itu berarti sebuah pelarian dan kekalahan. Sebab kamu tak mau tahu atau memperbaiki. 

Tambahan: novel ini sudah diterjemahkan di Malaysia

Cover versi Malaysia

Posting Komentar

4 Komentar

  1. wah saya penasaran banget pengen baca soalnya saka suka banget tipe2 thriller gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau gitu ini cocok untuk mbak :D bahasanya ngalir, pesannya juga oke ^^

      Hapus
  2. Ini penulisnya orang Indonesia ya? Kesannya kayak novel2 misteri terjemahan XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener kok penulisnya orang Indonesia mbak 😂 udah senior penulisnya. Gaya bahasanya keren mbak

      Hapus