Penulis: Chocola
Editor: Prisca Primasari
Proofreader: Rinandi Dinanta
Desainer sampul: Ade Ismiati Hakimah
Penata letak: Ade Ismiati Hakimah
Tebal: 218 halaman
Terbit: Oktober 2018
Penerbit: Roro Raya Sejahtera (Imprint Twigora)
ISBN: 978-602-5903-03-8
Harga: Rp 65.000
Keterangan: Novel Remaja, Juara Pertama Lomba #Roroteen 2017
B L U R B
BIARKAN LUKA MEMPERTEMUKAN KITA DENGAN CINTA
Mungkin kamu memang perlu mengalami jatuh cinta pada orang yang salah. Karena biasanya, ketika mengetahui pilihanmu keliru pun, masih saja kamu mencoba menyangkal, membuat alasan, dan akhirnya benar-benar menjauh dari kebenaran. Kamu juga tega membohongi diri sendiri sehingga lupa, cepat atau lambat, cinta yang salah akan membuatmu merasa lebih kesepian daripada sebelumnya.
Meskipun begitu, cinta yang salah juga membuatmu menyadari apa yang sebenarnya kamu cari selama ini. Kekecewaan mendorongmu menemukannya lebih cepat. Patah hati membuatmu lebih menghargai orang yang balas mencintaimu sama besarnya.
Siapa pun dia, suatu saat akan membuatmu mendongakkan kepala, lalu balas tersenyum ke arahnya.
"Ini dia," katamu dengan suara bangga. "Ini dia yang membuatku berhenti mencari."
R E V I E W
Dinda, seorang siswi SMA Pelita yang masuk jajaran fans berat Arga. Dinda semula bertekad untuk menjadi secret admirer Arga, menjadi fans rahasia dari seorang mantan OSIS yang disegani dan dikagumi oleh sebagian besar warga SMA Pelita. Namun, tiba-tiba ia mendapat kesempatan emas untuk mendekati Arga, bahkan menjadi pacar dari idola sekolah tersebut.
Arga, cowok populer yang punya segudang prestasi dan disebut pula sebagai high quality jomblo. Selain punya nilai akademik yang bagus, siswa kelas XII itu juga mantan anggota tim inti basket sekolah. Secara tak sengaja, Arga bertemu dengan cewek yang membuatnya ingin melepas status jomblonya.
Gilang, cowok mantan ketua basket SMA Pelita. Ia bersahabat dengan Arga, tapi memiliki kepribadian yang jauh berbeda dengan Arga. Gilang seorang siswa yang rajin membolos dan tidak peduli pada nilainya yang jelek karena jarang hadir. Di balik sikap membandelnya, ia memiliki masalah keluarga yang pelik.
-----
Siswi SMA Pelita sedang bersiap-siap memenuhi lapangan basket pada jam istirahat kedua untuk menonton permainan basket Arga dan teman-temannya. Rombongan Fitri, Vina, dan Rena pun tak mau kalah, mereka serempak ingin menuju lapangan. Namun salah satu sahabat mereka bernama Dinda masih terlelap di kelas, tampak tak terusik dengan acara rutin anak basket tersebut. Mau tidak mau, ketiganya berusaha membangunkan Dinda dengan segala cara.
Semula Dinda tidak ingin menonton permainan basket tersebut, terlebih ia memang tidak suka olahraga. Namun kenyataan kalau keberadaan Arga di sekolah itu hanya tinggal hitungan bulan membuat Dinda berubah pikiran. Masa ia dan idolanya satu sekolah, tapi ia tidak pernah memunculkan diri di hadapan Arga?
Manusia memang layaknya bawang. Punya berlapis sisi tersembunyi yang akan terlihat jika telaten mengupas lapis demi lapis. -- hlm 74Ini pertama kalinya saya membaca tulisan Chocola dan saya terbawa feeling lucu-lucu-sedih dari adegan sekaligus quote aneh yang dipakai penulis. Novel ini dibuka dengan adegan ala sekolah, menghadirkan banyak tokoh di halaman pertama. Meskipun menghadirkan banyak tokoh, penulis juga menghadirkan banyak adegan. Tentang Dinda dan kawan-kawannya, tentang Arga dan kegiatannya, pun tentang Gilang dan rahasianya. Hal menarik dari novel ini adalah salah satu tokoh yang tampak seperti second lead malah menjadi tokoh utama dalam novel ini.
"Kita mau lewat jalan tikus, Kak?" tanya Dinda tepat di dekat helm Gilang. Dia harus bicara sedekat itu agar suaranya terdengar.Konflik yang ada dalam novel ini termasuk berat, tapi dibawakan dengan ringan. Penulis juga memakai beberapa istilah dalam permainan basket dan kosa kata lainnya juga berhubungan dengan beberapa pengetahuan di sekolah.
Gilang membuka kaca helm denga sebelah tangan. "Nggak."
"Loh, terus? Bolos?" curiga Dinda.
Gilang tertawa kecil. "Lo pikir gue mau ngajak lo bolos? Nyesatin anak orang, dosa gue bisa berlipat-lipat. Ya nggak, lah. Lo belum sarapan, kan? Gue sih belum. Kita sarapan dulu!"
(hlm 76-77)
Beberapa kekurangan di novel ini tidak adanya catatan kaki tentang istilah basket yang dipakai. Lalu kurangnya penjelasan tentang ayah Gilang dan alasan sebenarnya kenapa beliau ingin bercerai. Dan juga penggambaran adegan yang terlalu terburu-buru.
Bagian unik lainnya dari novel ini adalah tentang ketiga tokoh utama di novel ini sebenarnya sama-sama memiliki latar belakang keluarga dokter. Dan mereka pun sama-sama jatuh cinta pada penyelamatnya.
Satu hal lagi, saya suka banget sama desain covernya dan ilustratornya. Terutama font yang digunakan untuk judul novelnya.
Overall, novel ini cocok dibaca bagi penyuka cerita remaja yang penuh lika-liku.
"Berapa, Mbah?" tanya Dinda sambil membuka ritsleting tas untuk mencari dompet.
"Oh, sudah. Sudah dibayar masnya," jawab si penjual.
Dinda melirik sebal Gilang yang menghampirinya perlahan menggunakan motor.
Tiiiiiin!
"Bu, ojek, Bu?" goda Gilang.
"Ogah ah. Abangnya rese!"
(hlm 81)
PHOTO CHALLENGE
Tau dong, ada photo challenge di setiap blog tour yang diadakan Penerbit Twigora? Nah ini dia foto saya. Maafkan penampakan amburadul, fokus di bukunya saja, ya ^^
18 Komentar
Sebenernya saya kurang demen teelit. Satu-satunya teenlit yang masih saya sukai sampai sekarang cuma Petjah eigendom Oda Sekar Ayu.
BalasHapusTapi baca review kamu bikin pengin baca novel ini masa. Apalagi katanya The Perfect Catch ini ngangkat teori labelling, salah satu hal sosial yang sering kita temui di masyarakat. Pengin punya bukunya heu. Sayang banget tinggal di kota yang enggak ada gramedia xD
Ini review kamu betul-betul kayak representasi(?) isi novel, deh.
Semoga beruntung emaqque wkwkw XD
HapusSalam kenal :)
BalasHapusSelamaaaaaat jatuh cinta
Salam kenal juga ^^
HapusAku lemah kalo ceritanya anak basket begini kaak wkw mau satu yang kayak Gilang dong, lemparin satu buat aku bhaks
BalasHapusNah Arga dan Gilang kan sifatnya bertolak belakang yaa? tapi aku lebih suka ke Gilang nih kak setelah baca reviewmu hhe, walau dia urakan begitu, tapi biasanya cowok urakan gak seperti yang kita fikirin loh, justru dibalik sikap urakannya itu terselip sikap peduli. Halah sok tau banget wkw
Dan dari reviewmu aku semakin penasaran dengan teenlit yang menggemaskan ini kaak huhuhu
Konfliknya seru yaa kak kayaknya, ada konflik keluarganya sih, ribet" gimana gitu. hhe bismillah semoga berjodoh dengan The Perfect Catch
hidup #TeamGilang 💪💪
Sepertinya the perfect catch banyak mengahdirkan sesuatu yang baru dan unik untuk dunia per-teenlit-an. Aku jadi penasaran buat membacanya setelah baca review di atas 😍
BalasHapusI love teenlit 😍😍
BalasHapusPengen banget baca ini. Kayaknya bakal seru
kok kayaknya lucu ya, hehe. Mau ikutan giveawaynya ah...
BalasHapusLemah aku kalau udah disuguhi Teenlit gini wkwkwkk. Jujur. Aku kenal Twigora itu identiknya dengan novel novel dewasa, dan tahu Teenlit juga mereka terbitkan lewat Roroteen aku langsung saja gaspol kepo dengan ulasan tentang novelnya. Dan ternyata .... aaaah, aku ga bisa lepas dari Teenlit sepertinya Hahaaa.
BalasHapusMengangkat labeling sebagai premis utama membuatku sangat ingin mengapresiasi secara langsung novel ini, karena memang mayoritas di lapangan hal ini seringkali terjadi, ga perlu jauh jauh, di sekolah tempatku mengajar contohnya, banyak guru yang mengecap secara paten kesalahan yang dibuat siswanya, entah itu kesalahan yang sama atau nantinya kesalahan yang lebih besar pasti yang lebih dulu diintrogasi itu siswa yang pernah atau terkenal dengan kepribadiannya yang suka buat onar, walaupun pada saat itu yang bersangkutan ga di tempat kejadian, riskan memang, tapi ya begitu, seperti hukum alam sudah mengakar sepenuhnya pada pribadi kita, sekali berbuat salah, selamanya ga akan dipercaya. Aku sangat-sangat menyukai premis ini. Sangat berharap berkesempatan menyimak kisahnya. Like it. Hopely lucky ;)
Mereka bertiga sama-sama jatuh cinta dengan "penyelamatnya". Wah, siapa ini hero-nya, sumpah bikin penasaran.
BalasHapusPaling penasaran sama Gilang 🙌
Satu hal yg aku suka dari novel teenlit/YA dg tokoh remaja adalah kisah yg dibawakan sebenarnya sederhana tapi penuh liku. Masa remaja adalah masa paling krisis, menyenangkan tapi juga penuh tantangan.
BalasHapusPenasaran ih sama si "second lead" apakah Gilang atau Arga? Basket jg olahraga favorit dan populer saat jaman sekolah dulu. Apalagi labelling, sepertinya nggak sulit untuk menemukan kasus itu disekitar kita. Jadi The Perfect Catch ini sepertinya masuk di wajib baca 😁
Reviewnya bikin pengen langsung baca ini sih. Apalagi kalau ditunjukkan kelemahannya...greget gitu kalau bisa membuktikan langsung
BalasHapusReview nya berhasil bikin saya penasaran. Apalagi sama Gilang. Saya pernah dekat dengan cowok bernama Gilang, dan hampir sama sifatnya sama Gilang di novel The Perfect Catch. Semoga bisa berkesempatan untuk baca novel ini ��
BalasHapusSumpah kak citra punya segudang analogi kayaknya yg dipake di novel ini. Dari mulai cinta itu kayak air, manusia itu kayak bawang, catch yg kayak tangkapan di bola basket. Adakah yg lain? Bener2 pengen cari tau sendiri di dalam novel ini. Semoga kak Fira ngasih kesempatan😄
BalasHapusHeu, baru bisa mampir lagi. Review novelnya bikin gak sabar buat baca bukunya~ biasanya aku gak seantusias ini sama novel teenlit
BalasHapusSecond lead yang jadi tokoh utama di sini si Gilang ya, Kak? Wkwk, nebak aja. Kayaknya kisah hidup dia lebih menarik untuk diceritakan. Pasti akan ada hal mengejutkan yang dibawa si Gilang ini. Haduuh, nebak lagi. Kayaknya seru ya ceritanya. Saya selalu penasaran dengan novel yang membawa konflik berat dan disampaikan dengan ringan. Penasaraan banget. Apalagi setelah baca review kamu, Kak Fitra :D
BalasHapusReviewnya udah bikin penasaran dan pingen cepat-cepat baca. Apalagi tentang anak SMA, anak basket, duhhhh gak kuat aku nahan ngilernya
BalasHapusReviewnya udah bikin penasaran dan pingen cepat-cepat baca. Apalagi tentang anak SMA, anak basket, duhhhh gak kuat aku nahan ngilernya
BalasHapus